Selasa, 13 Desember 2011

Aggregate Planning In a Supply Chain

Supply Chain Management
Chapter 8

Aggregate Planning In a Supply Chain

Perencanaan agregat merupakan proses di mana sebuah perusahaan menentukan level kapasitas, produksi, subkontrak, inventory, kehabisan stok (stockout) dan pricing selama rentang waktu tertentu. Perencanaan agregat dibuat di tingkat agregat, bukan pada Stock Keeping Unit (SKU). Misalnya, perencanaan agregat menentukan total produksi di pabrik pada suatu bulan tanpa merinci kuantitas setiap SKU. Dengan tingkat kerincian keputusan seperti ini, perencanaan agregat merupakan alat yang cocok untuk keputusan jangka menengah, yaitu antara 3-18 bulan.
Peran perencanaan agregat dalam sebuah supply chain
Peranan perencanaan agregat dalam MRP adalah untuk menentukan parameter operasional selama rentang waktu tertentu:
1.  Laju produksi. Jumlah unit yang terselesaikan per satuan waktu.
2.  Tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja/unit kapasitas yang diperlukan untuk produksi.
3.  Lembur. Jumlah lembur yang direncanakan.
4.  Tingkat kapasitas mesin. Jumlah kapasitas mesin yang diperlukan untuk produksi.
5.  Subcontracting. Jumlah kapasitas subkontrak yang diperlukan.
6.  Backlog. Permintaan yang tidak dapat dipenuhi pada periode dimana permintaan tersebut muncul, tetapi ditunda pada periode berikutnya.
7.  Persediaan yang ada. Tingkat persediaan yang akan disimpan selama berbagai periode dalam perencanaan.
Permasalahan perencanaan agregat
Berdasarkan ramalan permintaan untuk setiap periode dalam planning horizon,
tentukan tingkat produksi, persediaan,dan kapasitas untuk setiap periode yang dapat memaksimalkan profit supply chain selama periode perencanaan.
Informasi yang dibutuhkan untuk rencana agregat
1. Ramalan permintaan (Ft) untuk setiap periode t dalam planning horizon sepanjang T periode
2. Biaya-biaya produksi
o    Biaya tenaga kerja waktu reguler ($/hr) dan lembur ($/hr)
o    Biaya subkontrak ($/hr atau $/unit)
o    Biaya mengubah kapasitas: menyewa atau memecat ($/pekerja) dan biaya menambah atau mengurangi kapasitas mesin ($/mesin)
3. Jam tenaga kerja/mesin yang diperlukan per unit.
4. Biaya penyimpanan persediaan ($/unit/periode).
5. Biaya kehabisan persediaan (Stockout atau backlog cost) ($/unit/period).
6. Constraints: batasan lembur, pemecatan, modal yang ada, kehabisan persediaan dan backlogs.
Strategi perencanaan agregat
Ada empat jenis strategi perencanaan agregat, yaitu :
1.  Chase strategy – menggunakan kapasitas sebagai pendukung: menyelaraskan laju produksi dengan laju permintaan.
2.  Time flexibility strategy – menggunakan utilitas sebagai pendukung: mengubah waktu kerja dan lembur untuk menyelaraskan produksi dengan permintaan.
3.  Level strategy – menggunakan persediaan sebagai pendukung: penggunaan/kapasitas mesin dan tingkat tenaga kerja dibuat tetap, permintaan dipenuhi dari persediaan
4.  Mixed strategy – kombinasi satu atau lebih dari ketiga strategi di atas.


Chase Strategy
o    Laju produksi diselaraskan dengan permintaan dengan mengubah kapasitas mesin atau menyewa/memberhentikan tenaga kerja saat permintaan bervariasi
o    Dalam praktek sering kali sulit untuk mengubah kapasitas dan tenaga kerja dalam waktu singkat
o    Mahal jika biaya mengubah kapasitas tinggi
o    Pengaruh negatif terhadap moral tenaga kerja
o    Berakibat pada rendahnya persediaan
o    Berguna jika biaya menyimpan persediaan tinggi sementara biaya mengubah kapasitas rendah

Time Flexibility Strategy
o    Dapat digunakan jika terdapat kelebihan kapasitas mesin–>mesin tidak bekerja 24 jam dalam sehari, 7 hari seminggu
o    Jumlah tenaga kerja tetap, tetapi jumlah jam kerja diubah sepanjang waktu untuk menyelaraskan produksi dan permintaan
o    Dapat menggunakan lembur atau jadual kerja fleksibel
o    Membutuhkan tenaga kerja fleksibel, tetapi menghindari masalah moral yang muncul pada chase strategy
o    Tingkat persediaan rendah, dan utilisasi rendah
o    Harus digunakan saat biaya menyimpan persediaan tinggi dan kapasitas tidak terlalu mahal

Level Strategy
o    Menjaga stabilitas kapasitas dan tenaga kerja dengan laju output konstan
o    Kekurangan dan kelebihan berakibat pada fluktuasi persediaan dari waktu ke waktu
o    Persediaan yang ditimbun sebagai antisipasi permintaan yang akan datang atau backlogs dipindahkan dari periode permintaan tinggi ke rendah
o    Lebih baik bagi moral tenaga kerja
o    Persediaan dan backlogs bisa terakumulasi cukup banyak
o    Harus digunakan saat biaya menyimpan dan backlog relatif rendah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar