“Metode SCM untuk menganalisis Bullwhip Effect guna meningkatkan Efektifitas Sistem Distribusi Produk”
oleh Indri Parwati, Prima Andrianto
Penulis menganalisis masalah ini di PT
Mondrian, perusahaan ini berkecimpung dalam prodksi pakaian jadi. Di perusahaan
tersebut terdapat maslah-maslalah mengenai distribusi produk, persedian serta
informasi. Dalam hal ini, permasalahan tersebut sangatlah saling mempengaruhi. Masalah Bullwhip Effect yaitu adanya simpangan yang jauh antara
persediaan yang ada dengan permintaan sering kali terjadi dalam suatu
perusahaan, Hal ini dikarenakan kesalahan dari interpretasi data permintaan di
tiap – tiap rantai distribusi dan sistem informasi di dalam pendistribusiannya
tersebut bersifat dua arah dimana
retailer menyampaikan informasi
permintaan dari konsumen ke distributor dan dari distributor lalu menyampaikan
informasi ke manufaktur dan sebaliknya. Hal itu juga yang dialami oleh PT.
Mondrian yang memproduksi produk pakaian jadi. Salah satu jalan yang bisa
ditempuh untuk mengatasi kondisi diatas adalah menerapkan sistem
pengendalian Inventory Continous
Review atau biasa disebut dengan sistem
Q yang merupakan sistem pengendalian yang membahas tentang penekanan biaya,
mengurangi tingkat persediaan serta menetapkan dan menjamin tersedianya produk
dalam kualitas, kuantitas dan waktu yang
tepat.
Dalam pendistribusian hasil
produknya PT. Mondrian langsung mengirimkan produk ke retailer-retailer yang
menjadi mitra bisnis dari perusahaan. Retailer-retailer tersebut yang
menyalurkannya ke konsumen. Dalam penelitian ini retailer-retailer yang
diteliti adalah retailer-retailer yang berada di kota Yogyakarta dan Semarang
yang meliputi 12 retailer yaitu Retailer Ada Siliwangi Semarang, Retailer Ada
Seibudi Semarang, Retailer Ada Majapahit Semarang, Retailer Ada Fatmawati
Semarang, Retailer Robinson Semarang, Retailer Sri Ratu Peterongan Semarang,
Retailer Sri Ratu Pemuda Semarang, Retailer Ramayan Yogyakarta, Retailer
Robinson Yogyakarta, Retailer Gardena Yogyakarta, Retailer Ramai Mall
Yogyakarta, Retailer Mirota Kampus Yogyakarta.
Hasil
perhitungan nilai variabilitas menunjukan terjadinya bullwhip effect hampir disemua produk yang
dikrimkan ke retailer-retailer. Kecuali pada produk sekido untuk retailer Sri
Ratu Peterongan Semarang , produk sekido untuk retailer Sri Ratu Pemuda
Semarang dan produk begaya untuk
retailer Mirota Kampus
Yogyakarta. Karena masing-masing
Retailer tersebut memiliki nilai
variansi permintaan sebesar 1,28; 1,65; 1,45; yang berarti lebih besar dari
nilai perbandingan antara fungsi periode dan
lead time sebesar 1,18. Data Inventory yang didapatkan
meliputi biaya simpan, biaya pesan dan biaya kekurangan persediaan. Dari hasil pengolahan data inventory
dengan metode sistem Q, diperoleh iterasi terbaik pada iterasi 1 untuk
produk Dadung dengan total biaya persediaan Rp. 39.638.737,53. Sedangkan untuk
produk Begaya iterasi terbaik pada iterasi 3 dengan total biaya persediaan Rp.
27.924.118,81 dan untuk produk Sekido
iterasi terbaik pada iterasi
2 dengan total biaya persediaan sebesar Rp. 52.328.084,57.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar