Supply Chain Management
Chapter 8
Aggregate Planning In a Supply Chain
Perencanaan agregat merupakan proses di mana sebuah perusahaan
menentukan level kapasitas, produksi, subkontrak, inventory, kehabisan stok
(stockout) dan pricing selama rentang waktu tertentu. Perencanaan agregat
dibuat di tingkat agregat, bukan pada Stock Keeping Unit (SKU). Misalnya,
perencanaan agregat menentukan total produksi di pabrik pada suatu bulan tanpa
merinci kuantitas setiap SKU. Dengan tingkat kerincian keputusan seperti
ini, perencanaan agregat merupakan alat yang cocok untuk keputusan jangka
menengah, yaitu antara 3-18 bulan.
Peran perencanaan agregat dalam sebuah supply
chain
Peranan perencanaan agregat dalam MRP adalah untuk menentukan
parameter operasional selama rentang waktu tertentu:
1. Laju produksi. Jumlah unit yang
terselesaikan per satuan waktu.
2. Tenaga kerja. Jumlah tenaga
kerja/unit kapasitas yang diperlukan untuk produksi.
3. Lembur. Jumlah lembur yang
direncanakan.
4. Tingkat kapasitas mesin. Jumlah kapasitas mesin
yang diperlukan untuk produksi.
5. Subcontracting. Jumlah kapasitas
subkontrak yang diperlukan.
6. Backlog. Permintaan yang tidak
dapat dipenuhi pada periode dimana permintaan tersebut muncul, tetapi ditunda
pada periode berikutnya.
7. Persediaan yang ada. Tingkat persediaan yang
akan disimpan selama berbagai periode dalam perencanaan.
Permasalahan perencanaan agregat
Berdasarkan ramalan permintaan untuk setiap periode dalam planning horizon,tentukan tingkat produksi, persediaan,dan kapasitas untuk setiap periode yang dapat memaksimalkan profit supply chain selama periode perencanaan.
Berdasarkan ramalan permintaan untuk setiap periode dalam planning horizon,tentukan tingkat produksi, persediaan,dan kapasitas untuk setiap periode yang dapat memaksimalkan profit supply chain selama periode perencanaan.
Informasi yang dibutuhkan
untuk rencana agregat
1. Ramalan permintaan (Ft) untuk setiap
periode t dalam planning horizon sepanjang T periode
2. Biaya-biaya produksi
o
Biaya tenaga kerja waktu reguler ($/hr) dan lembur ($/hr)
o
Biaya subkontrak ($/hr atau $/unit)
o
Biaya mengubah kapasitas: menyewa atau memecat ($/pekerja) dan
biaya menambah atau mengurangi kapasitas mesin ($/mesin)
3. Jam tenaga kerja/mesin yang diperlukan per unit.
4. Biaya penyimpanan persediaan ($/unit/periode).
5. Biaya kehabisan persediaan (Stockout atau backlog cost) ($/unit/period).
6. Constraints: batasan lembur, pemecatan, modal yang ada, kehabisan persediaan dan backlogs.
4. Biaya penyimpanan persediaan ($/unit/periode).
5. Biaya kehabisan persediaan (Stockout atau backlog cost) ($/unit/period).
6. Constraints: batasan lembur, pemecatan, modal yang ada, kehabisan persediaan dan backlogs.
Strategi perencanaan agregat
Ada empat jenis strategi perencanaan agregat, yaitu :
1. Chase strategy – menggunakan
kapasitas sebagai pendukung: menyelaraskan laju produksi dengan laju
permintaan.
2. Time flexibility strategy – menggunakan
utilitas sebagai pendukung: mengubah waktu kerja dan lembur untuk menyelaraskan
produksi dengan permintaan.
3. Level strategy – menggunakan
persediaan sebagai pendukung: penggunaan/kapasitas mesin dan tingkat tenaga
kerja dibuat tetap, permintaan dipenuhi dari persediaan
4. Mixed strategy – kombinasi satu
atau lebih dari ketiga strategi di atas.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar